Matahari kala itu berlahan merangkak naik, menyapu, memasuki setiap
celah yang dapat ia tembus masuk. Eunike, seorang remaja yang sebentar
lagi akan menghadapi Ujian Nasional tingkat menengah terperanjak kaget.
"Astaga, jam berapa ini? PR? Tugas? Aaaaaaaaa, kenapa aku bisa
ketiduran, God...". teriakannya spontan menyadari bahwa semalam ia
tertidur, terlalu lelah membawa rasa lelah yang membebani ruang hatinya.
Padahal tinggal beberapa minggu menjelang berlangsungnya ujian nasional
yang harus ia lewati jika ia ingin melanjutkan pendidikannya di jenjang
yang lebih tinggi lagi.
"Eunike, cepat turun, teman mu sudah menunggumu di bawah" Suara teriakan
seorang separuh perembuan paruh baya yang tidak lain adalah ibundanya. "
Iya ma, sebentar, lagi sisiran." "Jangan sampe bikin temanmu yang
menjemput justru menunggu, cepat turun." "Iya ma, sebentar lagi,
bilangin ke Namoi tunggu bentar lagi ma, udah selese kok ini."
Eunike dengan Naomi memang sudah bersahabat sejak lama, mereka sudah
mengenal satu sama lain sejak SD dan SMP. Kini mereka berdua sedang
mempersiapkan diri untuk menghadapi UN yang sebentar lagi akan
berlangsung. Setelah semuanya telah dianggapnya selesai, Eunike segera
menyambar 1 potong roti yang ada di meja makan, sembari berlari
berpamitan dengan ibundanya, meminta restu untuk menjalani hari pagi
itu. "Ma, berangkat dulu."
***
"Naomi, aku boleh cerita sesuatu sama kamu ngga? Belakangan pikiranku keganggu banget nih"
"mau cerita apa Eunike, cerita aja, aku pasti dengerin kok, siapa tahu
aku juga bisa kasih solusi." jawab Naomi sembari memperlihatkan
senyumannya yang ramah.
"Tapi kamu janji jangan kasih tahu hal ini ke siapun yaaa"
"Iya aku janji kok Eunike, aman rahasiamu di aku, tenang aja" lagi-lagi Naomi menjawab dengan senyuman tawanya.
Akhirnya Eunike menceritakan semua yang ada dalam perasaannya.
Menceritakan secara mendetail apa yang menjadi setiap beban yang harus
hatinya angkat. Meski tergolong masih remaja, mereka berbincang
selayaknya sepasang orang dewasa yang sedang membicarakan rumah tangga
mereka, bertukar pikiran, mencari jalan keluar bersama-sama.
***
Eunike sebenarnya adalah seorang gadis remaja yang kurang menonjol di
sekolah, maklum, karena sekolah saat itu hanya mementingkan kemajuan
kognitif, jadi jika kemampuan kognitifnya lemah, dia dianggap tidak
menonjol di sekolahnya. Hal itu juga yang akhirnya membuat ibunda dari
Eunike mencarikan tempat baginya untuk belajar lebih lagi, berkat
kenalan dari sanak sodara, akhirnya Eunike dileskan dengan seorang guru
les private. Semua itu diharapkan untuk membantu Eunike dalam kemampuan
kognitifnya. Benar - apa yang diinginkan oleh sang orang tua terjadi,
Eunike akhirnya meningkat secara kognitif. Namun hal ini memiliki cerita
lain sendiri bagi Eunike, seorang remaja putri yang baru pertama itu
mendapatkan "perhatian" yang belum pernah ia dapatkan dari lingkungan
sekitarnya.
Awalnya, hubungan Eunike dengan Michael layaknya guru dengan murid, ya
selain memang sudah semestinya begitu, Michael yang saat itu menjadi
tutor belajar Eunike juga memiliki selisih usia yang dirasa tidak
mungkin jika mereka memiliki hubungan khusus. Namun karena memang
Michael adalah seorang yang ramah dan pintar dalam bergaul, ia dapat
dekat dengan siapa saja. Namun hal itu dipandang lain oleh Eunike, ia
merasa hatinya disiram sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Mungkin
sebagian orang dengan cepat akan mendefinisikan hal itu dengan - cinta.
Setiap Eunike mengalami kesulitan, baik dalam belajar maupun berteman,
Michael lah yang selalu ada buatnya. Selalu menemaninya, ia yang selalu
memberikan motivasi bagi remaja putri ini untuk melakukan suatu hal yang
benar. Bahkan Michael juga yang pertama mengantongi ijin dari orang tua
Eunike untuk mengajak remaja putri ini bepergian dari rumah. Ya
sepertinya bunga-bunga asmara yang ada di hati Eunike bermekaran, tumbuh
dengan subur, hingga benar-benar ia merasakan suatu hal yang belum
pernah ia rasakan sebelumnya.
***
"Terus apa yang jadi masalah kalo yang aku dengar dari ceritamu ini
adalha hal yang sangat indah bagimu?" tanya Naomi memotong cerita dari
Eunike.
"Justru ini yang jadi masalahnya, entah kenapa belakangan ini dia sangat
berubah, mi. Dia udah ngga pernah hubungin aku lagi, dan sepertinya dia
justru lebih dekat sama Lidya, murid barunya." jawab Eunike. "Aku ngga
bisa, mi. Aku ngga sanggup kalau harus kehilangan dia, dia yang biasa
jadi motivasiku waktu aku ulangan harian, dia yang jadi motivasiku waktu
aku banyak masalah, dan sekarang sebentar lagi kita kan UN, dan aku
harus kehilangan dia yang selalu memberikan impian ke aku? Aku ngga
sanggup, mi." lanjut Eunike sambil matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Kamu tuh lucu ya, masa galau gara-gara soal cowo. heeee." Jawab Naomi dengan ringan.
Obrolan mereka berlanjut, Eunike berusaha mencurahkan apa yang ada
dibenaknya. Apa yang menjadi segala beban dan keluh kesahnya. Ia sangat
takut, ketika Impiannya itu menetes dan mengalir ke sungai dengan aliran
yang lebih menjanjikan daripada kepunyaannya. Eunike belum sanggup
menerima hal itu, hatinya masih terlalu rapuh.
"Aku kan cuma butuh motivasinya, aku cuma butuh semangat seperti
biasanya darinya. Hanya itu, sebentar lagi aku Ujian Nasional. Aku
seperti ngga sanggup" batin Eunike dalam hati.
***
Ujian Nasional berlalu, Eunike berhasil lulus, ia melewatinya dengan
teriakan dalam hati, tak bersuara, namun sangat keras. Harapannya
mendapat sepotong semangat dari seorang yang diimpikan, melayang
terbang, hanyut terbawa arus air yang begitu kencang menabrak
dinding-dinding hatinya. Setidaknya terlihat sedikit senyuman kecil di
ujung bibirnya, karena ia bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Tapi tantangan yang dialaminya tidak berhenti sampai disana saja.
Beberapa temannya mengetahui kondisi yang dialaminya. Siapa lagi? Ya
tentunya jelas Naomi, sahabatnya yang ia percaya, justru tidak dapat
menjaga kepercayaannya dengan bijak. Dia menghancurkan keterbukaan yang
sedang Eunike bangun, membuatnya kembali menjadi seorang yang susah
untuk percaya.
Selain itu, Michael sempat memberikan pernyataan yang dapat diartikan
sebagai sebuah harapan bagi Eunike, tapi kembali, hanya sebuah harapan
kosong. Kesakitan kembali menyelimuti didnding hati Eunike, remaja yang
baru saja menginjakan kaki di jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Rasa sakitnya, ketika tidak mendapatkan perhatian darinya, ketika
melihatnya begitu dekat dengan wanita lain. Kembali lagi, ya sudahlah.
Impiannya kini telah berlalu, Eunike ingin menyongsong masa depannya.
Meraih asa yang telah lama ia gantungkan di bintang sana. Meski dengan
kepedihan yang ia jalani, ia harus menyadari bahwa memang ia bukan ada
di hati Michael. Ia belajar bagaimana yang orang sering sebut dengan
istilah "move on" tapi tentunya hal tersebut bukanlah perkara yang mudah
baginya. Tantangan demi tantangan dihadapinya. Tapi tentunya hal itu
akan membuatnya menjadi seorang yang lebih kuat dan siap.
Lantunan lagu MLTR dengan judul "The Actor" saat itu mencoba menghibur
hatinya. Ia memang tidak memiliki apa-apa, hanya ketulusan yang berbalut
kopolosan yang dimilikinya. Tapi biarlah Sang Penenun Agung yang
merajut setiap detail kehidupannya. Membuatnya menjadi seorang yang
sangat luar biasa nanti. Asalkan impian yang telah lama digantungnya itu
tidak dibiarkan menetes habis, tapi biar terjaga dan siap untuk
diraihnya.
Setiap cerita berawal dari debu, dan pasti akan kembali menjadi debu,
Nafas yang memberi warna dan keindahan dari tumpukan debu tersebut.
Cerita itu yang telah dibatasi oleh waktu, tentu hanya waktu juga yang
dapat menjawabnya, ini hanya soal waktu. Tak perlu berlama-lama tersayat
oleh perasaan sedih ini, semua yang telah diberikan untuk nya yang
paling dikasihi dan ditolaknya, tentu hanya soal waktu, ketika nanti dia
tersadar betapa besar apa yang sebenarnya akan diberikan utuknya,
meskipun terbungkus sebuah kesederhanaan dari arti ketulusan.
"Terimakasih Impianku, tak akan aku biarkan kamu menetes habis. Kelak
aku kan meraihmu, meraih Impianku. Karena Impianku tidak hanya terpatok
pada kehadiranmu Michael. Impianku ini bukan sebuah mimpi yang kecil,
ini suatu hal yang jauh lebih besar lagi."
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar